Saatnya Remaja Muslim Bangkit


Air mata siapa yang tak menetes melihat jutaan umat Islam terhimpun di jantung negeri demi menyuarakan pembelaan ayat suci al-Qur’an? Sungguh, sobat. Kalau kita punya setitik saja keimanan, melihat aksi Bela Islam III atau dikenal juga aksi 212 (2 Desember) pasti akan tergetar hati, pikiran, hingga sebadan-badan diri kita.

Ya, umat Islam yang selama ini dicitranegatifkan, dikait-kaitkan dengan pengrusakan hingga label teroris-radikal, ternyata cap tersebut terbukti salah. Aksi tersebut bukan milik satu harakah, ormas, atau gerakan manapun. Betul, bahwa ada panitia penyelenggara dan pengawalan, semoga Allah membalas amal baik mereka. Tapi aksi tersebut sejatinya adalah milik umat Islam.

Aksi Damai Bela Al-Qur'an 2 Desember 2016

Kalau sudah berkata umat Islam, maka tidak ada lagi tabir selain aqidah itu sendiri. Tidak ada bedanya antara umat Islam Aceh, Jakarta, Ciamis, Balikpapan, atau Papua. Tidak juga terpisah antara etnis sunda, jawa, batak, melayu, atau cina. Bahkan sekat antarbangsa pun tidak jadi soal, dan terbukti dukungan muslim dari berbagai belahan dunia ikut menggema.

Kok bisa segitunya? Begitulah umat Islam, sobat. Karena setiap muslim adalah bersaudara, satu sakit, sakit semua. Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya,
“Sesungguhnya kaum mukminin itu adalah bersaudara.” (TQS al-Hujurat: 10)

Terlebih, kesakitan kaum mukminin ini dikarenakan penistaan al-Qur’an, yang dikatakan oleh BTP sebagai kebohongan, atau alat pembohongan. Padahal al-Qur’an ini kitab yang kita imani 100%, without the slightest doubt. Tapi salah satu ayat suci, tepatnya al-Maidah ayat 51, dinistakan bahkan sambil cengengesan (cek video). Kalau boleh mengutip perkataan Mas Tukul, tak sobek-sobek mulutmu!

Penistaan al-Qur’an ini tidak hanya menggerakkan para senior saja, termasuk para pemuda, remaja, hingga anak kecil sekalipun. Ini karena perasaan dan pemikiran Islam fitrahnya akan tumbuh pada diri setiap umat Islam, berapapun usianya. Ketika ia sudah sampai pada tingkat kesadaran Islam, karakter suci Islam akan membentuk dalam dirinya sekiranya tidak diracuni oleh tsaqafah asing kayak sekularisme atau liberalism.

Terbukti, sebagian dari kafilah yang berangkat dari Ciamis dengan berjalan kaki, adalah para pemuda sampai seorang anak kecil yang sudah yatim. Usia dan tubuh boleh kecil, tapi jiwanya mungkin lebih besar dari kita semua. Bagaimana tidak? Anak ini berjalan kaki, menempuh berkilo-kilometer, diuji oleh Allah SWT dengan hujan dan angin, tapi kakinya enggan menyerah. Tercermin determinasi tinggi dari kedua matanya yang nampak sekali menahan kelelahan. Baju basah kuyup membuatnya menggigil, tapi terus saja berjalan. Masya Allah, semoga Allah menjadikannya barisan pejuang Islam yang menaklukan Roma kelak bersama jaisyul Islam, aamiin.

Kisah heroik ditampilkan pula oleh pemuda lainnya, yang menempuh jarak 180 kilometer dari Rancaekek ke Jakarta dalam waktu 1-2 hari dengan sepedanya. Berbagai rintangan ia hadapi, mulai dari nyasar sampai dirampok di tengah jalan. Tapi ia tetap tak gentar lalu balik arah, sebaliknya, fenomena tersebut seolah menyiram bensin ke tengah api; semakin menyulutkan semangatnya untuk tetap menggoes dan sampai pula ia ke aksi yang diakui sebagai aksi yang pantas dicatat dalam sejarah umat Islam dunia.

Dan masih sangat banyak kisah heroik di kalangan remaja pada aksi tersebut. Inilah yang wajib kita sadari, sobat. Meski kita sering digempur dengan survey yang tidak menyenangkan di kalangan remaja; yang berzina, yang mabok, yang tawuran, tapi ternyata masih banyak juga remaja muslim yang hatinya jauh lebih dekat kepada Islam.

Selaras dengan visi #MyMovement2016, momen ini tidak boleh kita lewatkan untuk terus mengajak para remaja Islam dalam perjuangan yang haq. Mari saling mengingatkan dalam ketaqwaan, menjadi pribadi remaja yang sholeh dan berbakti kepada orang tua. Mari kita bangkitkan remaja Islam selayaknya para sahabat Rasul saw. yang mencetak sejarah dan membentuk peradaban.

Mari kita menyadari bahwa problematika umat Islam termasuk yang menimpa para remaja, akar masalahnya adalah satu: tidak diterapkannya sistem Islam secara kaffah. Lalu solusinya apa? Jelas, kita berjuang bersama-sama demi mewujudkan tegaknya Islam secara kaffah dalam bingkai Daulah Khilafah.

(Diterbitkan di Media Umat edisi 188 Januari 2017  )
Latest


EmoticonEmoticon